RENTETAN HARI RAYA NYEPI

Dalam menyambut hari raya Nyepi, umat Hindu melaksanakan serangkaian upacara/upakara. Tujuan hakiki rangkaian upacara/upakara ini adalah memarisudha bumi, menjadikan alam semesta ini bersih, serasi, selaras dan seimbang. Bebas dari kebatilan, malapetaka, kekacauan sehingga umat manusia sejahtera, terbebas dari penidasan, kebodohan dan kemiskinan.

Adapun rangkaian upacara/upakara ini antara lain :

1. Mekiis, Melis, Melasti
Mekiis atau Melasti dilakukan dua hari sebeum Hari Raya Nyepi. Upacaranya adalah melakukan bersih-bersih pensucian segala srana dan prasarana perangkat alat-alat yang dipergunakan dalam rangka persembahyangan dan meditasi. Ini disebut upacara Pembersih. Dengan jalan mengarak bramai-ramai sarana dan prasarana tersebut ke laut. Bagi umat Hindu  laut merupakan perlambang permbersihan semua kekotoran dimana Hyang Widhi berwujud Varuna (Baruna).

2. Tawur Kesanga, Tawur Agung, Mecaru
Tawur kesanga atau Tawur Agung atau mecaru dilakukan sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Adapun upakaranya bertahap sesuai dengan tingkat klasifikasinya : untuk Negara, wilayah atau desa, banjar dan di masing-masing rumah tangga yang disebut dengan Bhuta yadnya.
Selanjutnya di sore harinya disusul dengan pengrupuk atau mabuu–buu, yaitu pembersihan total di Negara, desa, banjar, atau rumah-rumah.
Tawur kesanga, Tawur Agung atau Mecaru adalah korban suci yang khusus yang diperuntukkan bagi para bhutakala yang menibulkan penyakit, malapetaka, kematian, dan lain sebagaiya, agar bhutakala ini tidak menganggu kelestarian alam, supaya hidup berdampingan selaras, serasi, dan seimbang.
Senja harinya tersebut dilaksanakan pengrupuk dan mebuu-buu, yaitu denan membunyikan bunyi-bunyian apa saja agar riuh ramai, dimaksudkan agar para bhutakala pergi jauh dari banjar atau desa. Untuk yang masih bersembunyi di tempat sempit, disemprot dengan mesui. Setelah selesai, segala perlengkapan yang digunak tadi baik itu obor, kaleng (bunyi-bunyian yang dipakai ) dan yang lainnya di buang/dilebar. Usai pengrupukan dan mabuu-buu, seluruh anggota keluarga bersembahyang untuk memohon kesucian dalam diri.

3. Nyepi, Sipeng
Nyepi atau Sipeng dilakukan tepat pada hari tanggal 1 bulan 1 tahun saka yang jatuh setelah tilem ( bulan mati ) sasih kesanga, dengan jalan
amati geni : tidak berapi-api/tidak menyalakan api
amati karya : tidak bekerja
amati lelungan : tidak bepergian
amati lelangunan. : tidak bersnang-senang
dan sebagai titik puncaknya, umat diwajibkan melaksanakan tapa brata, puasa, bersemadi, mengosongkan pikiran, menyatukan jiwa menuggal dengan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa . Nang – ning – nung – neng – nong, yaitu : tenang, hening, merenung, meneng (diam), dan kosong.

4. Ngembak Geni
Ngembak geni dilakuan sehari setelah Hari Raya Nyepi dimana umat kembali menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari sebagaimana biasaya. Mulai hari ini umat dapt melakukan sima krama atau / dan dharmasanti satu sama lain.
Ini dilaksanakan sebagai rangkaian terakhir upacara/upakara Hari Raya Nyepi dengan bersembahyang dan berdoa dini hari sebelum ayam berkokok, seperti yang diajarkan dalam Bhagawadgita :
Berlindunglah engkau pada Hyang widhi dengan seluruh jiwamu
Dan dengan restu-Nya engkau akan mencapai kedamaian tertinggi kekal abdi.
Kemudian, pada waktu siang hari pergi ke tetangga dan sanak sudra untuk melakukan simakrama atau/dan dharmasanti, yaitu ajang bersama saling bertemu, mendoakan keselamatan masing– masing serta saling memafkan.

Sumber : Nyoman S. Pendit, NYEPI Hari Kebangkitan dan Toleransi, penerbit : Yayasan Merta Sari 1984.
Previous
Next Post »